Senin, 29 Maret 2021

Memasuki Pekan Suci, Guru dan Pegawai SMAK St. Alfonsus Mengikuti Rekoleksi Bersama


 

Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak perlu untuk dihidupi. Demikian kata salah seorang filsuf. Benar bahwa refleksi itu penting, sebagai moment untuk kembali melihat diri kita (tentu dengan penuh kesadaran) dan sejauh mana arah langkah kita saat ini serentak berbenah dan bermetanoya.

Jumad, 26 Maret 2021 merupakan moment istimewa bagi para guru dan pegawai Smak St. Alfonsus untuk kembali melihat diri sejenak dan sejauh mana arahnya saat ini dalam kegiatan rekoleksi bersama. sebuah Moment Duc In Altum. Diawal pembukaan kegiatan rekoleksi, Kepala Smak St. Alfonsus, Stefanus F. Lendu S.Pd menyampaikan limpah terimah kasih kepada Pater Kimy yang bersedia untuk memberikan rekoleksi bagi para guru dan pegawai dan juga mengajak para guru dan pegawai untuk menggunakan moment rekoleksi ini sebagai jalan untuk melihat diri kita sebagai seorang pengajar di lembagai pendidikan. 

Di bawah tema”Menjadi Guru Katolik Sejati dan Dirindukan” Pater Kimmy, yang kini menjabat sebagai Provinsial di kongregasi Redemptoris diawal membuka materi,  mengajak guru dan pegawai Smak St. Alfonsus untuk meneladani Yesus Kristus sang guru sejati dalam menjalankan tugas dan panggilannya sebagai seorang guru. Menurutnya, orang yang paling dekat dengan kerja Yesus adalah adalah Guru.

Peryataan serentak menjadi persoalan yang menukik dari dosen pada prodi agama katolk di STKIP Weetebula ini adalah ”yang kurang dari pendidik adalah kharisma sebagai seorang guru” Untuk menjadi guru yang berkharisma bisa dicapai dengan cara sederhana, jika menuntut anak disiplin maka guru juga harus disiplin “kita jangan menuntut hal-hal yang kita sediri tidak bisa kita lakukan. Sebab pendidikan pada hakekaktnya adalah transformasi forma dan karena itu pendidik harus mengabdi dengan penuh kebahagiaan”

Di akhir rekoleksi, Pater Kimmy, CSsR membuka sesi shering bersama untuk menghantar para peserta rekoleksi mendalami lebih jauh bagaimana menjadi  sosok seorang guru yang dicintai dan rindukan. Ibu Rely, guru agama katolik yang telah mengabdi 17 tahun di lembaga SMAK ST. ALFONSUS membuka shering bersama dengan berbagi tentang suka dan duka sebagai seorang guru. Menurutnya seorang guru memiliki watak dan kepribadian yang berbeda-beda karena itu memiliki cara yang berbeda pula dalam pendampingan dan pembinaan terhadap peserta didik. Tetapi semuanya itu dilakukan dengan tujuan mulia yaitu  untuk pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik demi mencapai cita-cita yang ingin dicapai oleh mereka. “anak-anak kalau lihat saya lewat di mana saja dan kalau mereka tidak tertib dalam berpakaian dan bertutur kata biasanya serentak langsung membereskan keadaan diri mereka yang tidak beres itu. Disitu saya yakin bahwa mereka sadar” kata ibu Rely di sela-sela sheringnya yang mau mengatakan bahwa sosoknya yang sangat keras tetapi dicintai dan dirindukan oleh peserta didik. Menutup shering Pater Kimy memberika gambaran untuk direnungkan bersama tentang bagaimana menjadi guru favorit di kalangan siswa. “Ada beberapa tipe menjadi guru favorit di kalangan siswa, ada yang favorit karena selalu terlambat masuk ke kelas, ada yang jarag masuk kelas. Tetapi ada juga yang menjadi favorit di kalangan siswa karena cara mengajarnya bagus, mudah dipahami, kreatif dan inovatif, selalu menuntun anak-anak ketika ada kesulitan” tipe guru favorit yang kedua ini sangat diharapkan untuk  selalu hidup dan berkembang dalam diri setiap guru. Kegiatan rekoleksi ini ditutup dengan perayaan ekaristi kudus.

 

 

 Divisi Publikasi SMALFON

 

Mendalami Arti Pengorbanan, Siswa Smak St. Alfonsus Melakukan Kerja Aksi Puasa

 




Weetebula,25/03/2021- Sejumlah siswa-siswi dan pengajar  SMAK St. Alfonsus melaksanakan kerja aksi puasa di gereja Paroki Katedral Roh Kudus, Weetebula. Kegiatan kerja aksi puasa ini terjadi pada minggu ke empat pada masa pra paskah.Tepat pada pukul 09.00 siswa yang berjumlah 46 orang yang dipilih dari 23 rombongan belajar didampingi oleh 4 orang guru pendamping bergegas menuju lokasi. Di bawah teriknya langit sumba, para siswa dan guru penuh semangat dan antusias dalam bekerja. Ada yang menyapu halaman, membersihkan rumput disekitar halaman gereja dan mengangkut sampah.

baca juga: https://voxntt.com/2019/08/17/mengenal-lindy-mandeta-mayoret-anggun-dari-sma-st-alfonsus-weetabula/50192/

Kerja aksi puasa ini dihayati sebagai bentuk pertobatan dan penyesalan (berpantang, berpuasa dan mati raga) sekaligus juga menghayati dan merenungkan bagaimana pengorbanan Yesus Kristus yang menderita dan wafat di salib. “kegiatan ini merupakan sebuah moment yang tepat bagi peserta didik untuk mendalami arti pertobatan dan pengorbanan seperti Yesus Kristus yang rela meyerahkan diriNya untuk disalibkan dan juga belajar untuk mencintai alam dan sesama” demikian kata Ibu Angly salah seorang pendamping siswa. Sementara itu Riryn, siswi kelas XII IS, mengatakan bahwa dengan kerja aksi puasa ini, siswa dapat menghayati arti pengorbanan dan berusaha untuk meninggalkan hal-hal yang bersifat jasmani dan juga membangun semangat mencintai dan bersolider dengan alam dan sesama. “dengan bekerja seperti ini saya dapat menghayati arti dari cinta dan pengorbanan terhadapa sesama dan alam” demikian kata Riryn yang memiliki bakat dalam mengolah vokal.  Tepat pada pukul 12.00 siswa dan guru pendamping menyelesaiakan kegiatan aksi puasa. Setelah beristirahat sejenak di halaman Gereja mereka kembali bergegas  ke sekolah untuk mengikuti aktifitas selanjutnya.


Divisi publikasi SMALFON

IKUT GSMBN SISWA/SISWI SMALFON SUKSES TERBITKAN BUKU ANTOLOGI PUISI “UNTUKMU YANG KUKAGUMI”

  IKUT GSMBN SISWA/SISWI SMALFON SUKSES TERBITKAN BUKU ANTOLOGI PUISI “UNTUKMU YANG KUKAGUMI” Stefanus F. Lendu, S,Pd (Kepala SMAS Katholi...