Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak perlu
untuk dihidupi. Demikian kata salah seorang filsuf. Benar bahwa refleksi itu
penting, sebagai moment untuk kembali melihat diri kita (tentu dengan penuh
kesadaran) dan sejauh mana arah langkah kita saat ini serentak berbenah dan bermetanoya.
Jumad, 26 Maret 2021 merupakan moment istimewa bagi para guru dan pegawai Smak St. Alfonsus untuk kembali melihat diri sejenak dan sejauh mana arahnya saat ini dalam kegiatan rekoleksi bersama. sebuah Moment Duc In Altum. Diawal pembukaan kegiatan rekoleksi, Kepala Smak St. Alfonsus, Stefanus F. Lendu S.Pd menyampaikan limpah terimah kasih kepada Pater Kimy yang bersedia untuk memberikan rekoleksi bagi para guru dan pegawai dan juga mengajak para guru dan pegawai untuk menggunakan moment rekoleksi ini sebagai jalan untuk melihat diri kita sebagai seorang pengajar di lembagai pendidikan.
Di bawah tema”Menjadi Guru Katolik Sejati dan
Dirindukan” Pater Kimmy, yang kini menjabat sebagai Provinsial di kongregasi
Redemptoris diawal membuka materi, mengajak guru dan pegawai Smak St. Alfonsus untuk meneladani Yesus
Kristus sang guru sejati dalam menjalankan tugas dan panggilannya sebagai
seorang guru. Menurutnya, orang yang paling dekat dengan kerja Yesus adalah
adalah Guru.
Peryataan serentak menjadi persoalan yang menukik dari dosen
pada prodi agama katolk di STKIP Weetebula ini adalah ”yang kurang dari
pendidik adalah kharisma sebagai seorang guru” Untuk menjadi guru yang
berkharisma bisa dicapai dengan cara sederhana, jika menuntut anak disiplin
maka guru juga harus disiplin “kita jangan menuntut hal-hal yang kita sediri
tidak bisa kita lakukan. Sebab pendidikan pada hakekaktnya adalah transformasi
forma dan karena itu pendidik harus mengabdi dengan penuh kebahagiaan”
Di akhir rekoleksi, Pater Kimmy, CSsR membuka sesi shering
bersama untuk menghantar para peserta rekoleksi mendalami lebih jauh bagaimana
menjadi sosok seorang guru yang dicintai
dan rindukan. Ibu Rely, guru agama katolik yang telah mengabdi 17 tahun di
lembaga SMAK ST. ALFONSUS membuka shering bersama dengan berbagi tentang suka
dan duka sebagai seorang guru. Menurutnya seorang guru memiliki watak dan
kepribadian yang berbeda-beda karena itu memiliki cara yang berbeda pula dalam
pendampingan dan pembinaan terhadap peserta didik. Tetapi semuanya itu dilakukan
dengan tujuan mulia yaitu untuk
pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik demi mencapai cita-cita yang
ingin dicapai oleh mereka. “anak-anak kalau lihat saya lewat di mana saja dan
kalau mereka tidak tertib dalam berpakaian dan bertutur kata biasanya serentak
langsung membereskan keadaan diri mereka yang tidak beres itu. Disitu saya
yakin bahwa mereka sadar” kata ibu Rely di sela-sela sheringnya yang mau
mengatakan bahwa sosoknya yang sangat keras tetapi dicintai dan dirindukan oleh
peserta didik. Menutup shering Pater Kimy memberika gambaran untuk direnungkan
bersama tentang bagaimana menjadi guru favorit di kalangan siswa. “Ada beberapa
tipe menjadi guru favorit di kalangan siswa, ada yang favorit karena selalu
terlambat masuk ke kelas, ada yang jarag masuk kelas. Tetapi ada juga yang
menjadi favorit di kalangan siswa karena cara mengajarnya bagus, mudah
dipahami, kreatif dan inovatif, selalu menuntun anak-anak ketika ada kesulitan”
tipe guru favorit yang kedua ini sangat diharapkan untuk selalu hidup dan berkembang dalam diri setiap
guru. Kegiatan rekoleksi ini ditutup dengan perayaan ekaristi kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar